Friday, 26 April 2024

Menilik Kisah Perjalanan Panjang Pendidikan di Indonesia Tanah Air Tercinta

ditulis oleh. Aulawi Nulad Utami

sumber: suarapemerintah.id

sumber: pendidikandulu

Penjajahan Belanda di tanah Indonesia sudah sangat lama, banyak aspek bidang kehidupan yang terbatasi kebebasanya secara paksa oleh bangsa kolonial tersebut mulai dari religi, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, politik dan berbagai bidang hidup lainnya. Pada nyatanya semua bidang sangat penting bagi perkembangan bangsa Indonesia terutama bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting untuk perkembangan suatu bangsa guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) yaitu generasi penerus bangsa yang berkualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, cerdas, dan berkarakter merupakan prasyarat terbentuknya peradaban yang tinggi pada suatu bangsa (Nurfadhillah dkk, 2022:1622).

Pada kenyataanya pendidikan formal pada masa kolonial hanya dinikmati oleh segelintir pihak saja atau terjadi deskriminasi pendidikan saat itu. Pendidikan formal diperbolehkan dilaksanakan di negeri jajahan dimulai pada abad ke-19. Pendidikan kala ini bertujuan untuk menguntungkan bangsa penjajah yaitu terciptanya tenaga kerja berpendidikan rendah yang berupah murah untuk membantu memenuhi lapangan kerja pemerintah kolonial agar menguntungkan bangsa penjajah. Pada masa ini akhirnya memunculkan juga tokoh-tokoh berpendidikan bagi bangsa Indonesia yang mengkritisi sistem penjajahan dan deskriminasi pendidikan yang dilakukan pihak pemerintah Belanda.

Pada tahun 25 Desember 1912 berdirilah Indische Partji (IP) diprakarsai oleh tiga serangkai yaitu Ki Hajar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, dan Ernest Douwes Dekker yang mengemukakan gagasan terkenalnya untuk mengkritik pemerintahan Belanda yaitu politik etis yang  berisi sindiran kepada pemerintah Belanda karena telah memeras rakyat jajahan secara lahir dan batin tanpa memberikan belas budi apapun (Mulyono, 1968:99). Hingga lahirlah sedikit kesadaran pemerintah Belanda untuk membalas budi salah satunya melalui pendidikan. Namun tidak disangka, program ini malah membuka mata orang-orang pribumi akan nasionalisme.

Lalu dimulailah sistem pendidikan formal di Indonesia yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dimulai dengan didirikanya organisasi Taman Siswa yang bergerak pada bidang pendidikan sebelum kemerdekaan pada tanggal 3 Juli 1922 di Jogja dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara (Wiryopranoto dkk, 2017:32). Hingga kemerdekaan bangsa Indonesia 17 Ahustus 1945 menjadi gerbang pengantar kebebasan bangsa dari penjajahan pemerintah Belanda. Sistem pendidikanpun semakin baik dalam artian pendidikan formal sudah dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa adanya deskriminasi dalam penerapanya. Perjuangan pendidikan setelah kemerdekaan belumlah selesai yang mana pedidikan haruslah mampu menjadi wadah pencerdas dan pelestarian kebudayaan bangsa agar bangsa Indonesia tidak lupa akan jati diri bangsa.

Hal ini disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara dengan tegas pada saat pidato terbuka tahun 1956 bahwa  menyatukan tiga yang saling berkaitan, yaitu: 1. Perjuangan kemerdekaan nasional, 2. Perjuangan pendidikan dan 3. Pejuang kebudayaan, menjadi satu  “tritunggal”. Pendidikan menjadi pagar bagi bangsa untuk terus berkembang setelah kemerdekaan dan bertahan dari berbagai kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia yang merupakan dampak dari globalisasi yang sudah ada sejak dahulu. Pedidikan diharapkan dapat menjadi tempat  bertumbuh suburnya segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Artinya berbagai unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya yang tetap dapat diteruskan kepada anak cucu atau generasi penerus bangsa mendatang.

Kesimpulannya berbagai perjuangan panjang dalam pendidikan saat sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan belumlah berakhir dengan berbagai tantangan di dalamnya. Namun yang paling penting yaitu menciptakan pendidikan yang mampu menjadi benteng pertahanan kelestarian akan  kebudayaan. Kebudayaan yang tidak boleh dilupakan karena merupakan jati diri bangsa dengan sadar akan jati diri bangsa maka generasi penerus bangsa tidak akan lupa dengan tujuan dari bangsa Indonesia kedepanya.

 

Daftar Pustaka

Mulyono, S. (1968). Nasionalisme SebagaiModal Perjuangan Bangsa Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Nurfadhillah dkk. (2022). AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal. Implementasi TV Sekolah Meningkatkan Motivasi Belajar  Anak Usia Dini. Hal.1622

Wiryopranoto, S. dkk, (2017). Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Kemendikbud


PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2023 Universitas Negeri Jakarta

Filosofi Pendidikan Indonesia "Identitas Manusia Indonesia" (youtube)

No comments:

Post a Comment