Dok. Bandara King
Abdul Aziz KSA (Januari 2025)
Aku selalu mengingat untaian kata yang senantiasa memantik semangat
dalam setiap langkahku. Untaian kata yang perlahan membangun titik-titik
mimpiku—mimpi seorang manusia kecil nan lemah di hadapan Sang Khalik. Salah
satu mimpi itu adalah sebuah keinginan besar untuk dapat menjejakkan kaki di
Tanah Haram, pusat kiblat umat Muslim sedunia, yaitu Baitullah.
Keinginan ini mulai tumbuh dan mekar dalam hatiku sejak aku menempuh
pendidikan tinggi di salah satu kampus di Yogyakarta pada tahun 2020. Semakin
hari, mimpi ini kian mengakar, dan tak jarang membuat pipiku basah oleh bulir-bulir
hangat air mata yang luruh tanpa terhalang dari pelupuk mata.
Dorongan yang semakin menggebu membuatku menuliskan impian ini
setiap tahun sebagai salah satu tujuan pribadi kata anak zaman sekarang disebut
“resolusi tahun ini”. Tulisannya sederhana, namun penuh harap: “Bismillah 2025
aku ke Baitullah, aamiin.” Tulisan itu kutempel di dalam lemari pakaian saat
aku masih mondok di pesantren, sebagai pengingat dan penyemangat setiap
harinya.
Aku percaya, tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak. Sebagaimana
firman-Nya dalam Surah At-Talaq ayat 3:
"Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu."
(QS. At-Talaq: 3)
Dalam ayat sebelumnya (ayat 2), Allah juga berfirman:
"...Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangka..."
(QS. At-Talaq: 2)
Ayat ini menjadi penguat hatiku. Bahwa saat aku terus bertawakal,
Allah pasti akan memberi jalan, bahkan dari arah yang tak pernah kuduga. Maka,
aku titipkan mimpi ini dalam setiap sujud, dalam doa-doa malam, dan dalam
setiap usaha yang kutapaki, yakin bahwa Allah akan mempertemukan aku dengan
rumah-Nya di waktu yang terbaik.
Hari-hari terus berlalu, dan diri ini semakin bersemangat dalam
berdoa agar Yang Maha Esa mengizinkan untuk dapat mengunjungi serta beribadah
di rumah-Nya. Doa-doa itu tak pernah absen, selalu dipanjatkan setiap selesai
shalat fardhu maupun sunnah. Setiap kali mata ini memandang gambar Ka'bah yang
tergantung di dinding aula pesantren, terutama saat rutinan shalawat malam
Jumat, kerinduan itu semakin membuncah—kerinduan yang begitu dalam untuk bisa
segera hadir di sana, atas izin-Nya.
Waktu terus berjalan. Tahun 2021 terlewati, lalu tahun 2022, dan
kemudian tahun 2023 pun berlalu. Memasuki tahun 2024, keraguan mulai menyelinap
dalam hati. Pertanyaan-pertanyaan kecil muncul: "Apakah benar doa ini bisa
terlaksana?" Aku baru saja lulus dari pendidikan tinggi, belum memiliki
pekerjaan tetap, dan tabungan pun masih sangat terbatas. Mungkinkah benar aku
bisa beribadah ke Baitullah?
Keinginan itu sempat terasa memudar, terutama ketika aku menyadari
bahwa target awal untuk berangkat ke Baitullah pada tahun 2025 tampak begitu
jauh dari kemungkinan. Namun, di dalam hati kecil ini, keyakinan tetap tertanam
bahwa suatu saat, jika Allah berkehendak, aku pasti akan sampai ke sana.
Hingga suatu hari, ketika doa-doa mulai terasa seadanya dan fokus
hati mulai terbagi kepada banyak hal lain, Allah SWT—Dzat yang Maha
Baik—memberikan kejutan yang tak pernah kusangka. Di penghujung tahun 2024,
datang kabar yang membuatku terdiam penuh haru: aku akan berangkat umrah pada
Januari 2025.
Rasanya seperti mimpi. Keinginan yang sebelumnya terasa mustahil
untuk terwujud dalam waktu dekat, kini justru dikabulkan dengan begitu mudah
oleh-Nya. Subhanallah. Diri yang hina ini benar-benar meyakini kebesaran-Nya.
Diri yang penuh dosa ini tak kuasa menahan air mata yang terus menetes,
mengingat betapa besar kasih sayang-Nya.